Jumat, 12 April 2013

Once, Youre My Caffeine [3]



-Kim Woo Bin POV-
“Kim Woo Bin-ssi ini beberapa dokumen yang Anda minta kemarin, dan ini ada titipan surat untuk Anda,” Lee Chae Young, rekan kerjaku, meletakkan tumpukan dokumen beserta surat yang ia maksud di mejaku.
“Ne, kamsahamnida Chae Young-ssi,” Aku membuka amplop putih terlebih dahulu dan mendapati bahwa isinya adalah undangan pernikahan Yong Guk bulan depan. Segera ku ambil handphone dan menekan angka 1, speed dial untuk Yong Guk.
“Ige bwoya? Kau tetap melanjutkan pernikahanmu dengan wanita itu?”
“Aku tak pernah berkata bahwa aku akan membatalkannya, jadi kenapa kau terdengar heran?
“Aku pikir kalian telah berdamai saat aku melihatmu berada di apartemen Yeora malam itu,”
“Aku sibuk, ku telpon kau nanti,” tampak jelas Yong Guk menghindari topik percakapan ini. Tapi aku benar-benar tidak mengerti dengan hubungan mereka. Aku berpikir bahwa Yong Guk telah berdamai dengan Yeora dan membatalkan pernikahannya, karena dua hari yang lalu ketika aku masuk ke apartemen Yeora, Yong Guk telah berada disana. Suasana saat itu memang terasa aneh, tapi aku pikir itu adalah efek setelah mereka berbaikan. Karenanya aku segera pamit pulang karena ingin memberikan lebih banyak waktu bagi mereka berdua. Tapi undangan yang ada ditanganku ini benar-benar membuatku bingung.
“Hei Kim Woo Bin, ada masalah apa sampai membuat wajahmu seperti orang bingung seperti itu?” aku menoleh dan mendapati Yeora masuk ke ruanganku sambil menenteng bungkusan.
“Yeora-ya? Apa yang kau lakukan disini?” kami tidak berjanji untuk bertemu hari ini, jadi mendapatinya datang ke kantorku siang ini membuatku keheranan.
“Ayo makan, workaholic sepertimu pasti akan melewatkan makan siang lagi. Kau sudah tidak muda lagi Kim Woo Bin, mulailah memperhatikan kesehatan dan pola makanmu,” jawab Yeora sambil mengeluarkan isi bungkusan yang dibawanya.  Sahabatku ini memang paling cerewet jika menyangkut kesehatan.
“Ya Kim Yeora, what are u talking about? Tak bisakah kau lihat betapa sehat dan seksinya badanku? Aku selalu menjaga kesehatan dan pola makanku, jadi jangan mengomeliku lagi,” Yeora hanya tertawa mendengar jawabanku.
“Kebetulan kau disini, aku ingin bertanya tentang ini,” kuletakkan undangan pernikahan Yong Guk dihadapannya.
“Ige mwoya?” Yeora meletakkan sumpitnya dan mengambil undangan.
“Undangan pernikahan Yong Guk, kupikir kalian telah berdamai. Karenanya aku merasa terkejut saat menerimanya tadi,”
“Waaah, dia mempersiapkan semuanya dengan sangat cepat ya?” Yeora membaca sekilas isi undangan tersebut kemudian meletakkannya kembali di meja.
“Neo wae gurae? Apa yang terjadi sih malam itu?”
“Eopso, tak ada yang terjadi. Kau sudah menelponnya? Sampaikan ucapan selamatku padanya, aku harap pernikahannya bahagia selamanya” Yeora tampak dengan enteng mengatakannya.
“Jangan sok kuat didepanku! Just tell me if it hurting you”

-Kim Yeora POV-
“Sampaikan ucapan selamatku padanya, aku harap pernikahannya bahagia selamanya,” kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutku setelah melihat undangan pernikahan Yong Guk.
“Jangan sok kuat didepanku! Juast tell me if it hurting you,” ujar Woo Bin sembari mengacak pelan rambutku. Dan jantungku berdetak lebih kencang akibat perlakuannya tersebut. Mungkin perkataan Yong Guk benar, aku tidak mencintai namja dihadapanku ini. Aku hanya terkesan dengan kebaikan dan perhatiannya kepadaku. Namun akhir-akhir ini aku selalu berdebar akibat perhatian-perhatian kecil Woo Bin terhadapku, padahal sebelumnya tak pernah sekalipun. Aku merasa nyaman berada disampingnya. Bahkan aku dapat berhenti memikirkan Yong Guk jika sedang bersama Woo Bin. 
-Bang Yong Guk POV-
Siang ini aku berjanji menemani Ji Eun untuk melihat-lihat apartemen yang akan kami tinggali setelah menikah nanti. Ji Eun sedang melihat-lihat katalog desain wallpaper sembari menjelaskan padaku konsep yang ia inginkan untuk apartemen kami nanti.
“Yong Guk-ssi, sepertinya kau tak mendengarkan apa yang aku katakan,” tegur Ji Eun. Aku memang tidak terlalu memperhatikan apa yang telah ia ucapkan tadi, pikiranku melayang ke tempat lain.
“Mianhae, kau tentukan sendiri saja konsep untuk apartemen ini. Aku mengikuti keputusanmu,” kuserahkan keputusan mendesain apartemen ini sepenuhnya pada Ji Eun, toh aku tidak terlalu peduli terhadap semua hal yang berkaitan dengan pernikahan ini. Aku setuju untuk menikahi Ji Eun karena ayahku berjanji akan memberikan bantuan besar bagi perusahaanku, dimana perusahaanku memang sedang sangat membutuhkan suntikan dana. Aku mungkin terkesan jahat karena menikahi seorang wanita karena harta, tapi aku tak perlu merasa bersalah pada calon istriku karena dia juga mengalami hal yang sama denganku. Ayah Ji Eun hanya mau memberikan warisannya jika Ji Eun menikah denganku, maka dengan terpaksa ia menyetujui perjodohan ini.
“Baiklah, aku akan mendekor dan mengisi apartemen ini sesuai seleraku kalau begitu. Gwenchana?”
“Ne, lakukan yang kau mau”
“Kalau begitu aku akan menyuruh orangku untuk mengurusnya nanti. Kita berpisah sekarang saja, aku ada janji bertemu dengan teman-temanku,”
“Biar aku antar, dimana kalian berjanji untuk bertemu?”
“Tak perlu, sudah ada seseorang yang menjemputku dibawah, gureom” Ji Eun pun melangkah keluar apartemen.
Sepeninggalan Ji Eun aku hanya terdiam dikursiku. Bayangan Kim Yeora memenuhi pikiranku kini. Seperti melihat potongan-potongan film, kenangan bersama Yeora silih berganti muncul dipikiranku. Ucapan Yeora yang memohonku untuk kembali padanya dua bulan lalu, pengakuan cintanya terhadap Woo Bin, ekspresi sedihnya saat mendengar pengakuanku dua hari yang lalu, masa-masa dimana kami menghabiskan liburan bersama ke Paris, semua kenangan itu memenuhi kepalaku. Dan sesak kurasakan di dadaku. Aku sadar bahwa aku mencintai yeoja itu. Aku benci mengetahui fakta bahwa ia mulai menyukai Woo Bin. Aku juga benci dengan diriku sendiri karena aku tahu aku telah sangat menyakitinya. Tapi disisi lain tak ada yang bisa kulakukan, aku tidak mungkin membatalkan pernikahan ini untuk mengejarnya. Orang tua ku tidak akan membiarkan hal itu terjadi.

Dua hari kemudian..
-Kim Yeora POV-
Aku memijat perlahan pelipisku, berharap sakit kepala yang kurasakan dapat sedikit berkurang. Kupejamkan mataku dan kutarik nafas berkali-kali. Obat sakit kepala yang kuminum beberapa waktu lalu ternyata masih belum juga bekerja, kini sakit kepala ku malah semakin menjadi-jadi. Akhirnya aku memutuskan untuk pulang saja, rasanya kepalaku benar-benar akan meledak jika kupaksakan untuk terus berada dikantor. Tanpa sempat kubereskan meja, kutinggalkan ruangan kerjaku begitu saja. Bahkan komputer kubiarkan tetap menyala, aku terlalu malas melihat layar bahkan untuk hanya sekedar mematikannya. Karena di layar itu terdapat berita yang membuat ku pusing seperti sekarang.
-Kim Woo Bin POV-
Aku sedang mengecek email masuk ketika tanpa sengaja membaca sebuah berita yang menyebut nama Kim Yeora dan seorang artis pendatang baru. Melihat waktu pembuatan artikel tersebut aku dapat menyimpulkan bahwa berita ini belum lama keluar. Segera kubaca cepat isi berita tersebut. Tampaknya terjadi kesalah pahaman yang membuat artis pendatang baru tersebut marah dan hendak melaporkan Yeora ke polisi karena ia merasa dirugikan. Pakaian yang ia kenakan untuk sebuah upacara penghargaan robek dan ia menuduh Yeora selaku perancang gaun itu adalah orang yang harus bertanggung jawab atas situasi memalukan itu. Dan karena artis pendatang baru tersebut sedang naik daun, maka tak heran jika berita-berita yang ada menjadi sangat dibesar-besarkan. Aku juga sempat membaca berbagai tanggapan netizen atas kasus ini, dan mendapati beberapa diantaranya sangat menyudutkan Yeora.
Kulirik jam tanganku, syukurlah waktu pulang kantor tinggal beberapa menit lagi. Segera kuambil jas dan tas, tanpa sempat membereskan meja kerja segera kutinggalkan ruangan. Yeora pasti sedang kalut kini, sudah menjadi sifatnya jika sedang menghadapi masalah. Ponselnya tak aktif ketika kucoba hubungi, membuatku semakin mengkhawatirkan keadaannya. Segera kupacu mobilku ke arah apartemennya.

-Bang Yong Guk POV-
Kubelokkan mobilku memasuki parkiran sebuah minimarket 24 jam. Aku teringat persediaan bahan makanan dikulkasku semakin menipis. Namun aku terlalu malas untuk menuju supermarket, karenanya kuputuskan untuk membeli bahan makanan di mini market ini. Toh, bahan-bahan yang ingin kubeli pasti ada di minimarket ini.
Begitu melewati pintu mini market, segera ku ambil keranjang plastik yang tersedia di sampin kanan pintu dan kulangkahkan kaki ku ke arah bahan makanan cepat saji. Dalam waktu sekejap saja keranjang plastik ku sudah separuh terisi dengan bahan-bahan makanan dan beberapa keperluan rumah. Selesai memilih belanjaan, kulangkahkan kaki ku ke kasir.
Setelah sampai di kasir, penjaga kasir segera mengeluarkan barang-barang belanjaanku dari keranjang dan mulai menscan satu-persatu belanjaanku. Sembari menunggu iseng kutonton tayangan televisi yang diletakkan tak jauh dari kasir. Tayangan televisi itu sedang membahas berita gosip terbaru. Tiba-tiba sebuah gedung apartemen yang sangat familiar muncul ditayangan tersebut dengan sebuah headline dibagian bawah, Perancang Kim Yeora Terancam Hukuman Akibat Kelalaiannya. Kuminta penjaga kasir mengeraskan suara televisi, barulah ku tahu isi berita terkait Yeora tersebut.Such a nonsense.
Begitu masuk mobil segera kucoba menelpon Yeora, seperti dugaanku ponselnya mati. Yeoja itu pasti sedang panik sekarang. Dia selalu begitu ketika menghadapi suatu masalah. Yang ku khawatirkan adalah penyakit sakit kepalanya yang sering kambuh. Karenanya segera kupacu mobilku menuju apartemennya.
TBC

0 komentar:

Posting Komentar