-Kim Woo Bin POV-
“Kim Woo Bin-ssi
ini beberapa dokumen yang Anda minta kemarin, dan ini ada titipan surat untuk
Anda,” Lee Chae Young, rekan kerjaku, meletakkan tumpukan dokumen beserta surat
yang ia maksud di mejaku.
“Ne, kamsahamnida
Chae Young-ssi,” Aku membuka amplop putih terlebih dahulu dan mendapati bahwa isinya adalah
undangan pernikahan Yong Guk bulan depan. Segera ku ambil handphone dan menekan
angka 1, speed dial untuk Yong Guk.
“Ige bwoya? Kau
tetap melanjutkan pernikahanmu dengan wanita itu?”
“Aku tak pernah
berkata bahwa aku akan membatalkannya, jadi kenapa kau terdengar heran?
“Aku pikir kalian
telah berdamai saat aku melihatmu berada di apartemen Yeora malam itu,”
“Aku sibuk, ku
telpon kau nanti,” tampak jelas Yong Guk menghindari topik percakapan ini. Tapi
aku benar-benar tidak mengerti dengan hubungan mereka. Aku berpikir bahwa Yong
Guk telah berdamai dengan Yeora dan membatalkan pernikahannya, karena dua hari
yang lalu ketika aku masuk ke apartemen Yeora, Yong Guk telah berada disana.
Suasana saat itu memang terasa aneh, tapi aku pikir itu adalah efek setelah
mereka berbaikan. Karenanya aku segera pamit pulang karena ingin memberikan
lebih banyak waktu bagi mereka berdua. Tapi undangan yang ada ditanganku ini
benar-benar membuatku bingung.
“Hei Kim Woo Bin,
ada masalah apa sampai membuat wajahmu seperti orang bingung seperti itu?” aku
menoleh dan mendapati Yeora masuk ke ruanganku sambil menenteng bungkusan.
“Yeora-ya? Apa yang
kau lakukan disini?” kami tidak berjanji untuk bertemu hari ini, jadi
mendapatinya datang ke kantorku siang ini membuatku keheranan.
“Ayo makan,
workaholic sepertimu pasti akan melewatkan makan siang lagi. Kau sudah tidak
muda lagi Kim Woo Bin, mulailah memperhatikan kesehatan dan pola makanmu,”
jawab Yeora sambil mengeluarkan isi bungkusan yang dibawanya. Sahabatku ini memang paling cerewet jika
menyangkut kesehatan.
“Ya Kim Yeora, what
are u talking about? Tak bisakah kau lihat betapa sehat dan seksinya badanku?
Aku selalu menjaga kesehatan dan pola makanku, jadi jangan mengomeliku lagi,”
Yeora hanya tertawa mendengar jawabanku.
“Kebetulan kau
disini, aku ingin bertanya tentang ini,” kuletakkan undangan pernikahan Yong
Guk dihadapannya.
“Ige mwoya?” Yeora
meletakkan sumpitnya dan mengambil undangan.
“Undangan
pernikahan Yong Guk, kupikir kalian telah berdamai. Karenanya aku merasa
terkejut saat menerimanya tadi,”
“Waaah, dia
mempersiapkan semuanya dengan sangat cepat ya?” Yeora membaca sekilas isi
undangan tersebut kemudian meletakkannya kembali di meja.
“Neo wae gurae? Apa
yang terjadi sih malam itu?”
“Eopso, tak ada
yang terjadi. Kau sudah menelponnya? Sampaikan ucapan selamatku padanya, aku
harap pernikahannya bahagia selamanya” Yeora tampak dengan enteng
mengatakannya.
“Jangan sok kuat
didepanku! Just tell me if it hurting you”
-Kim Yeora POV-
-Kim Yeora POV-
“Sampaikan ucapan
selamatku padanya, aku harap pernikahannya bahagia selamanya,” kata-kata itu
keluar begitu saja dari mulutku setelah melihat undangan pernikahan Yong Guk.
“Jangan sok kuat
didepanku! Juast tell me if it hurting you,” ujar Woo Bin sembari mengacak
pelan rambutku. Dan jantungku berdetak lebih kencang akibat perlakuannya
tersebut. Mungkin perkataan Yong Guk benar, aku tidak mencintai namja
dihadapanku ini. Aku hanya terkesan dengan kebaikan dan perhatiannya kepadaku.
Namun akhir-akhir ini aku selalu berdebar akibat perhatian-perhatian kecil Woo
Bin terhadapku, padahal sebelumnya tak pernah sekalipun. Aku merasa nyaman
berada disampingnya. Bahkan aku dapat berhenti memikirkan Yong Guk jika sedang
bersama Woo Bin.
-Bang Yong Guk POV-
Siang ini aku
berjanji menemani Ji Eun untuk melihat-lihat apartemen yang akan kami tinggali
setelah menikah nanti. Ji Eun sedang melihat-lihat katalog desain wallpaper
sembari menjelaskan padaku konsep yang ia inginkan untuk apartemen kami nanti.
“Yong Guk-ssi,
sepertinya kau tak mendengarkan apa yang aku katakan,” tegur Ji Eun. Aku memang
tidak terlalu memperhatikan apa yang telah ia ucapkan tadi, pikiranku melayang
ke tempat lain.
“Mianhae, kau
tentukan sendiri saja konsep untuk apartemen ini. Aku mengikuti keputusanmu,”
kuserahkan keputusan mendesain apartemen ini sepenuhnya pada Ji Eun, toh aku
tidak terlalu peduli terhadap semua hal yang berkaitan dengan pernikahan ini.
Aku setuju untuk menikahi Ji Eun karena ayahku berjanji akan memberikan bantuan
besar bagi perusahaanku, dimana perusahaanku memang sedang sangat membutuhkan
suntikan dana. Aku mungkin terkesan jahat karena menikahi seorang wanita karena
harta, tapi aku tak perlu merasa bersalah pada calon istriku karena dia juga
mengalami hal yang sama denganku. Ayah Ji Eun hanya mau memberikan warisannya
jika Ji Eun menikah denganku, maka dengan terpaksa ia menyetujui perjodohan
ini.
“Baiklah, aku akan
mendekor dan mengisi apartemen ini sesuai seleraku kalau begitu. Gwenchana?”
“Ne, lakukan yang
kau mau”
“Kalau begitu aku
akan menyuruh orangku untuk mengurusnya nanti. Kita berpisah sekarang saja, aku
ada janji bertemu dengan teman-temanku,”
“Biar aku antar,
dimana kalian berjanji untuk bertemu?”
“Tak perlu, sudah
ada seseorang yang menjemputku dibawah, gureom” Ji Eun pun melangkah keluar
apartemen.
Sepeninggalan Ji
Eun aku hanya terdiam dikursiku. Bayangan Kim Yeora memenuhi pikiranku kini.
Seperti melihat potongan-potongan film, kenangan bersama Yeora silih berganti
muncul dipikiranku. Ucapan Yeora yang memohonku untuk kembali padanya dua bulan
lalu, pengakuan cintanya terhadap Woo Bin, ekspresi sedihnya saat mendengar
pengakuanku dua hari yang lalu, masa-masa dimana kami menghabiskan liburan
bersama ke Paris, semua kenangan itu memenuhi kepalaku. Dan sesak kurasakan di
dadaku. Aku sadar bahwa aku mencintai yeoja itu. Aku benci mengetahui fakta
bahwa ia mulai menyukai Woo Bin. Aku juga benci dengan diriku sendiri karena
aku tahu aku telah sangat menyakitinya. Tapi disisi lain tak ada yang bisa
kulakukan, aku tidak mungkin membatalkan pernikahan ini untuk mengejarnya.
Orang tua ku tidak akan membiarkan hal itu terjadi.
Dua hari
kemudian..
-Kim Yeora POV-
Aku memijat
perlahan pelipisku, berharap sakit kepala yang kurasakan dapat sedikit
berkurang. Kupejamkan mataku dan kutarik nafas berkali-kali. Obat sakit kepala
yang kuminum beberapa waktu lalu ternyata masih belum juga bekerja, kini sakit
kepala ku malah semakin menjadi-jadi. Akhirnya aku memutuskan untuk pulang
saja, rasanya kepalaku benar-benar akan meledak jika kupaksakan untuk terus
berada dikantor. Tanpa sempat kubereskan meja, kutinggalkan ruangan kerjaku
begitu saja. Bahkan komputer kubiarkan tetap menyala, aku terlalu malas melihat
layar bahkan untuk hanya sekedar mematikannya. Karena di layar itu terdapat
berita yang membuat ku pusing seperti sekarang.
-Kim Woo Bin POV-
Aku sedang mengecek
email masuk ketika tanpa sengaja membaca sebuah berita yang menyebut nama Kim
Yeora dan seorang artis pendatang baru. Melihat waktu pembuatan artikel
tersebut aku dapat menyimpulkan bahwa berita ini belum lama keluar. Segera
kubaca cepat isi berita tersebut. Tampaknya terjadi kesalah pahaman yang
membuat artis pendatang baru tersebut marah dan hendak melaporkan Yeora ke
polisi karena ia merasa dirugikan. Pakaian yang ia kenakan untuk sebuah upacara
penghargaan robek dan ia menuduh Yeora selaku perancang gaun itu adalah orang
yang harus bertanggung jawab atas situasi memalukan itu. Dan karena artis pendatang
baru tersebut sedang naik daun, maka tak heran jika berita-berita yang ada
menjadi sangat dibesar-besarkan. Aku juga sempat membaca berbagai tanggapan
netizen atas kasus ini, dan mendapati beberapa diantaranya sangat menyudutkan
Yeora.
Kulirik jam
tanganku, syukurlah waktu pulang kantor tinggal beberapa menit lagi. Segera
kuambil jas dan tas, tanpa sempat membereskan meja kerja segera kutinggalkan
ruangan. Yeora pasti sedang kalut kini, sudah menjadi sifatnya jika sedang
menghadapi masalah. Ponselnya tak aktif ketika kucoba hubungi, membuatku
semakin mengkhawatirkan keadaannya. Segera kupacu mobilku ke arah apartemennya.
-Bang Yong Guk POV-
Kubelokkan mobilku
memasuki parkiran sebuah minimarket 24 jam. Aku teringat persediaan bahan
makanan dikulkasku semakin menipis. Namun aku terlalu malas untuk menuju
supermarket, karenanya kuputuskan untuk membeli bahan makanan di mini market
ini. Toh, bahan-bahan yang ingin kubeli pasti ada di minimarket ini.
Begitu melewati
pintu mini market, segera ku ambil keranjang plastik yang tersedia di sampin
kanan pintu dan kulangkahkan kaki ku ke arah bahan makanan cepat saji. Dalam
waktu sekejap saja keranjang plastik ku sudah separuh terisi dengan bahan-bahan
makanan dan beberapa keperluan rumah. Selesai memilih belanjaan, kulangkahkan
kaki ku ke kasir.
Setelah sampai di
kasir, penjaga kasir segera mengeluarkan barang-barang belanjaanku dari
keranjang dan mulai menscan satu-persatu belanjaanku. Sembari menunggu iseng
kutonton tayangan televisi yang diletakkan tak jauh dari kasir. Tayangan
televisi itu sedang membahas berita gosip terbaru. Tiba-tiba sebuah gedung
apartemen yang sangat familiar muncul ditayangan tersebut dengan sebuah
headline dibagian bawah, Perancang Kim Yeora Terancam Hukuman Akibat
Kelalaiannya. Kuminta penjaga kasir mengeraskan suara televisi, barulah ku tahu
isi berita terkait Yeora tersebut.Such a
nonsense.
Begitu masuk mobil
segera kucoba menelpon Yeora, seperti dugaanku ponselnya mati. Yeoja itu pasti
sedang panik sekarang. Dia selalu begitu ketika menghadapi suatu masalah. Yang
ku khawatirkan adalah penyakit sakit kepalanya yang sering kambuh. Karenanya
segera kupacu mobilku menuju apartemennya.
0 komentar:
Posting Komentar