Senin, 08 April 2013

SECOND CONFESSION [1]



Jadiii ini sebenernya utang FF ku buat nae jagiya. Udah 2 taun yang lalu sebenernya, dalam rangka kado ultah dia. Tapi gegara aku bingung mau dilanjut gimana akhirnya malah keteteran. Trus jadi lupa deh aslinya ceritanya gimana.haha Jadi ini mulai dari awal. Cuma ada 1 sudut pandang, sudut pandanganya Kin Eun Sup si tokoh utama cerita. Kalo aneh n childish banget mian yak.haha

Ps: semoga dengan ini lunas utangku :p

Aku mencintainya..entah sejak kapan rasa ini ada, tapi aku yakin ini cinta. Sayangnya aku tak terlalu dekat dengannya. Tapi aku masih harus bersyukur karena kami mengambil beberapa kelas kuliah yang sama semester ini. Setidaknya aku masih bisa menatap wajah tampannya dari dekat sembari berbincang di kelas.kekeke

Dan hari ini aku sangat semangat berangkat ke kamupus. Dua mata kuliahku hari ini sama dengan yang diikutinya. Biasanya kami menghabiskan waktu jeda yang tak berapa lama bersama, sembari menunggu jadwal mata kuliah berikutnya.

Aku memasuki ruang kelas yang sudah hamper penuh. Kuedarkan pandanganku ke seluruh kelas untuk mencarinya. Dan disana dia berada, bangku ketiga dari depan dan tepat berada disamping jendela. Ia tampak asik berbincang dengan beberapa teman namja yang lain. Sambil tersenyum senang kulangkahkan kaki ku mendekatinya.
“Pagi,” sapa Park Sang Hyun. Ya tuhaann..bagaimana bisa aku tak menyukai namja ini kalau senyumnya saja sudah membuat aku lemas seketika.
“Pagi..,” balasku ceria.
Sang Hyun menggeser duduknya dan member kode agar aku duduk disampingnya, “aku belum belajar untuk kuis hari ini, duduk disampingku ya.hehe”
Aku hanya tertawa mendengar ucapannya, dan dengan senang hati aku terima tawaran untuk duduk di sampingnya. Sungguh pagi yang cerah, aku yakin hari ini akan kulewati dengan baik.

Di Perpustakaan kampus
Seperti dugaanku, hari ini berjalan dengan sangat baik. Aku memiliki banyak kesempatan untuk berbincang dengan Sang Hyun. Bahkan ia mengajakku makan siang bersama tadi sembari menunggu kelas berikutnya dimulai. Aku masih belum bisa melupakan percakapan kami tadi, bahkan hanya karena hal-hal kecil saja sudah membuatku senyum-senyum seperti orang gila sekarang.
Kugelengkan kepala dan kutepuk pelan pipi ku, berharap bayangan percakapan kami tadi bisa hilang sejenak karena aku harus focus mengerjakan tugas. Kembali kutatap layar laptop di depanku untuk melanjutkan ketikan analisis tugasku.
Kreett..
Reflek aku menoleh saat seseorang menarik kursi di samping mejaku. Dan orang itu ternyata Park Sang Hyun. Ya Tuhaannnn bagaimana aku bisa menyelesaikan tugasku kalau begini caranya..
“Serius amat, ngerjain apa?” Tanya Sang Hyun padaku. Dengan senyum menawannya tentunya.
“Ne? ah..ini tugas analisis,” jawabku setengah salah tingkah. Aku benar-benar berharap dia tidak melihat wajah bodohku ketika senyum-senyum sendiri tadi.
“Rajinnyaa..haha,” entah itu pujian atau ledekan tapi aku tertawa senang mendengarnya.
“Kamu sendiri, sedang apa disini? Mencari buku?”
“Aniya..geunyang..aku sedang bosan saja tadi, iseng masuk sini dan melihatmu disini,”
“Aaahh..gurae. Kupikir memang sedang mencari buku”
“Haha..memangnya aku tampak seperti kutu buku?”
“Sejujurnya tidak.haha”
Itulah percakapan awal kami, yang selanjutnya sukses membuatku melupakan tugas analisisku. Namun aku sangat sangat sangat menikmatinya. Aku tak peduli jika malam nanti aku harus lembur mengerjakan tugas analsis ini, asalkan aku bisa sedekat ini Park Sang Hyun.
“Eun Sup-ah, apa kau mengenal dekat  Park Hye Rin?” Tanya Sang Hyun tiba-tiba.
“Hye Rin? Anak fakultas kedokteran?” aku sedikit kaget karena Sang Hyun tiba-tiba menanyakan sahabatku.
“Ne, aku beberapa kali melihatmu jalan dengannya. Kupikir kalian dekat,”
“Majayo, dia sahabatku dari high school. Wae? Kau mengenalnya?”
“Aniya..geunyang,” jawaban yang menggantung. Dan entah mengapa aku memiliki firasat yang tidak enak tiba-tiba.
“Wae gurae? Tidak mungkin tidak apa-apa kalau kau tiba-tiba menanyakannya. Bagaimana kau mengenalnya?” aku berusaha mendesaknya untuk bicara.
“Haha aniya jinjja,” Sang Hyun berusaha mengelak.
“Dia cantik ya?” pancingku, walau aku tahu kemungkinan besar jawaban Sang Hyun akan menyakitkan tapi aku tak bisa menahan keingintahuanku. Kalau benar Sang Hyun menyukai sahabatku sendiri..entahlah.
“Ne..” jawab Sang Hyun. Hanya dua huruf, namun sukses membuat degup jantungku berdetak lebih kencang. Apakah ini artinya ia tertarik pada Hye Rin?
“Kau menyukainya?” aku bertanya lebih lanjut.
“Ne? Aniya..mengapa kau berpikir seperti itu.haha” Sang Hyun masih berusaha mengelak.
“Maaf Sang Hyun-ah, aku baru ingat kalau aku harus pulang sekarang. Eomma mengajak ku belanja sore ini,” pamitku tiba-tiba. Aku langsung kehilangan moodku karena percakapan barusan. Membayangkan namja yang aku suka menyukai sahabatku sendiri membuatku gusar. Sang Hyun tampak terkejut melihat perubahan mood ku, namun aku tak peduli. Aku hanya ingin segera pulang kini.
“Ne, berhati-hatilah Eun Sup-ah,” ujarnya melepas kepergianku.

Pukul 21.00 kamar Kim Eun Sup

Aku masih saja memikirkan percakapan sore tadi dengan Sang Hyun. Benarkah dia menyukai Hye Rin. Kalau benar begitu aku harus bagaimana? Kalau Sang Hyun meminta bantuanku agar bisa mendekati Hye Rin apa yang harus kukatakan? Aku bahkan tak tahu bagaimana harus menghadapi Hye Rin kini. Dia memang tidak bersalah disini, dia bahkan tidak tahu apa-apa. Tetapi ada perasaan minder dan sedih kini jika harus berhadapan dengan Hye Rin. Arrgghhh..kenapa harus jadi begini sih.
Hanya ada satu cara agar aku berhenti berpikir yang tidak-tidak seperti ini, aku harus mendesak Sang Hyun untuk menceritakan semuanya.

Pagi harinya
Meski tidak ada jadwal pagi, aku memutuskan untuk berangkat pagi hari ini. Aku tahu kalau pagi seperti ini Sang Hyun biasanya sudah bermain basket bersama teman-temannya di lapangan sebelah kampus kami. Maka bergegas aku menuju lapangan tersebut setelah kuparkirkan motor.
Sang Hyun tampak sangat keren ketika bermain basket seperti sekarang. Badannya yang tinggi dan tegap ditambah wajah tampan membuatnya tampak menonjol disbanding pemain lainnya. Baiklah, mungkin penilaianku ini tampak objektif karena aku menyukai Sang Hyun. Tapi memang seperti itulah penilaianku saat melihat Sang Hyun.kekeke
Sang Hyun melambai kearahku saat ia melihat kedatanganku. Aku membalasnya dengan senyuman, berharap tidak terlalu memperlihatkan ke-nervous-an ku. Kulangkahkan kaki ku menuju bangku yang ada dipinggir lapangan, tempat Sang Hyun dan teman-temannya menaruh tas dan barang-barang mereka.
Sang Hyun mendekatiku, teman-temannya masih asik bermain basket. Aku jadi merasa tidak enak sendiri. Kedatanganku pasti mengganggu permainannya.
“Ada apa Eun Sup-ah? Tumben sekali kau kemari, mencariku?”
“Mianhae, aku mengganggumu ya? Tidak terlalu penting kok, kau lanjutkan saja dulu permainanmu,”
“Aniya, geogjongma..waeniliya?” Sang Hyun mengambil botol minumnya dan meneguk isinya sampai habis. Keringat tampak mengalir deras di wajah dan badannya, ia mengambil handuk dari tasnya untuk mengelap keringatnya.
“Jinjja gwencahana?” aku masih merasa tidak enak hati.
“Gwencahan Eun Sup-ah..marebwa, ada apa?” Sang Hyun tersenyum menenangkanku.
“Aniya..geunyang..” aku bingung bagaimana mengutarakannya.
“Wae? Kau masih penasaran dengan percakapan kita kemarin sore?” tembak Sang Hyun tiba-tiba. Oh God! Bagaimana dia bisa tahu. Apa wajahku sebegitu transparannya?
“emm..kau keberatan jika aku bertanya mengenai hal itu? Maksudku, aku tidak bermaksud apa-apa. Aku tidak bermaksud memaksamu untuk menceritakannya atau bermaksud ikut campur dalam kisah asmaramu. Hanya saja kalau memang kau menyukai Hye Rin bukankah lebih baik kalau aku tahu? Maksudku, aku sahabatnya. Jadi mungkin aku bisa membantumu,” tanpa sadar aku berbicara panjang dan tak jelas. Aku benar-benar gugup saat ini, jadi aku tidak benar-benar memikirkan apa yang aku katakana tadi. Semuanya keluar secara spontan.
Dan sejujurnya aku menyesal mengatakannya tadi, pasti Sang Hyun berpikir aku aneh. Diam-diam aku meliriknya untuk melihat reaksi apa yang ada diwajahnya kini. Ia tersenyum penuh arti, entah apa maksudnya. Tapi senyum itu sangat.sangat.sangat menawan. Aku berharap waktu dapat berhenti sekarang juga. Ah, Eun Sup pabbo! Apa yang kau pikirkan!
Tiba-tiba saja teman-teman Sang Hyun dengan berisik mendekati kami. Aku baru menyadarinya, mereka telah menyelesaikan permainannya. Kebetulan beberapa dari mereka ada yang kukenal, maka kami pun berbasa-basi sebentar sebelum akhirnya mereka berpamitan untuk meninggalkan lapangan terlebih dahulu.
Suasana menjadi sepi setelah teman-teman Sang Hyun meninggalkan lapangan. Kini hanya ada aku dan Sang Hyun disamping lapangan. Aku masih tidak tahu harus berkata apa untuk memecahkan ke-awkward-an yang trcipta diantara kami, karenanya aku memutuskan untuk tetap terdiam.
“Kau mau mendengar pengakuanku?” tiba-tiba Sang Hyun berkata. Aku menoleh ke arahnya. Sang Hyun menatapku, tepat kedalam kedua mataku. Dan kegugupanku meningkat 10 kali lipat akibat tatapannya.
“Ya, aku menyukainya Eun Sup-ah”

TBC

0 komentar:

Posting Komentar