Jadiii ini sebenernya utang FF ku buat nae jagiya. Udah 2
taun yang lalu sebenernya, dalam rangka kado ultah dia. Tapi gegara aku bingung
mau dilanjut gimana akhirnya malah keteteran. Trus jadi lupa deh aslinya
ceritanya gimana.haha Jadi ini mulai dari awal. Cuma ada 1 sudut pandang, sudut
pandanganya Kin Eun Sup si tokoh utama cerita. Kalo aneh n childish banget mian
yak.haha
Ps: semoga dengan ini lunas utangku :p
Aku mencintainya..entah sejak kapan rasa ini ada, tapi aku
yakin ini cinta. Sayangnya aku tak terlalu dekat dengannya. Tapi aku masih
harus bersyukur karena kami mengambil beberapa kelas kuliah yang sama semester
ini. Setidaknya aku masih bisa menatap wajah tampannya dari dekat sembari
berbincang di kelas.kekeke
Dan hari ini aku sangat semangat berangkat ke kamupus. Dua mata kuliahku hari ini sama dengan yang diikutinya. Biasanya kami menghabiskan waktu jeda yang tak berapa lama bersama, sembari menunggu jadwal mata kuliah berikutnya.
Aku memasuki ruang kelas yang sudah hamper penuh. Kuedarkan pandanganku ke seluruh kelas untuk mencarinya. Dan disana dia berada, bangku ketiga dari depan dan tepat berada disamping jendela. Ia tampak asik berbincang dengan beberapa teman namja yang lain. Sambil tersenyum senang kulangkahkan kaki ku mendekatinya.
Dan hari ini aku sangat semangat berangkat ke kamupus. Dua mata kuliahku hari ini sama dengan yang diikutinya. Biasanya kami menghabiskan waktu jeda yang tak berapa lama bersama, sembari menunggu jadwal mata kuliah berikutnya.
Aku memasuki ruang kelas yang sudah hamper penuh. Kuedarkan pandanganku ke seluruh kelas untuk mencarinya. Dan disana dia berada, bangku ketiga dari depan dan tepat berada disamping jendela. Ia tampak asik berbincang dengan beberapa teman namja yang lain. Sambil tersenyum senang kulangkahkan kaki ku mendekatinya.
“Pagi,” sapa Park Sang Hyun. Ya
tuhaann..bagaimana bisa aku tak menyukai namja ini kalau senyumnya saja sudah
membuat aku lemas seketika.
“Pagi..,” balasku ceria.
Sang Hyun menggeser duduknya dan member kode agar aku duduk
disampingnya, “aku belum belajar untuk kuis hari ini, duduk disampingku ya.hehe”
Aku hanya tertawa mendengar ucapannya, dan dengan senang hati aku terima tawaran untuk duduk di sampingnya. Sungguh pagi yang cerah, aku yakin hari ini akan kulewati dengan baik.
Aku hanya tertawa mendengar ucapannya, dan dengan senang hati aku terima tawaran untuk duduk di sampingnya. Sungguh pagi yang cerah, aku yakin hari ini akan kulewati dengan baik.
Di Perpustakaan kampus
Seperti dugaanku, hari ini berjalan dengan sangat baik. Aku
memiliki banyak kesempatan untuk berbincang dengan Sang Hyun. Bahkan ia
mengajakku makan siang bersama tadi sembari menunggu kelas berikutnya dimulai. Aku
masih belum bisa melupakan percakapan kami tadi, bahkan hanya karena hal-hal
kecil saja sudah membuatku senyum-senyum seperti orang gila sekarang.
Kugelengkan kepala dan kutepuk pelan pipi ku, berharap
bayangan percakapan kami tadi bisa hilang sejenak karena aku harus focus mengerjakan
tugas. Kembali kutatap layar laptop di depanku untuk melanjutkan ketikan
analisis tugasku.
Kreett..
Reflek aku menoleh saat seseorang menarik kursi di samping mejaku. Dan orang itu ternyata Park Sang Hyun. Ya Tuhaannnn bagaimana aku bisa menyelesaikan tugasku kalau begini caranya..
Reflek aku menoleh saat seseorang menarik kursi di samping mejaku. Dan orang itu ternyata Park Sang Hyun. Ya Tuhaannnn bagaimana aku bisa menyelesaikan tugasku kalau begini caranya..
“Serius amat, ngerjain apa?” Tanya
Sang Hyun padaku. Dengan senyum menawannya tentunya.
“Ne? ah..ini tugas analisis,”
jawabku setengah salah tingkah. Aku benar-benar berharap dia tidak melihat
wajah bodohku ketika senyum-senyum sendiri tadi.
“Rajinnyaa..haha,” entah itu
pujian atau ledekan tapi aku tertawa senang mendengarnya.
“Kamu sendiri, sedang apa disini?
Mencari buku?”
“Aniya..geunyang..aku sedang
bosan saja tadi, iseng masuk sini dan melihatmu disini,”
“Aaahh..gurae. Kupikir memang
sedang mencari buku”
“Haha..memangnya aku tampak
seperti kutu buku?”
“Sejujurnya tidak.haha”
Itulah percakapan awal kami, yang selanjutnya sukses
membuatku melupakan tugas analisisku. Namun aku sangat sangat sangat
menikmatinya. Aku tak peduli jika malam nanti aku harus lembur mengerjakan
tugas analsis ini, asalkan aku bisa sedekat ini Park Sang Hyun.
“Eun Sup-ah, apa kau mengenal
dekat Park Hye Rin?” Tanya Sang Hyun
tiba-tiba.
“Hye Rin? Anak fakultas
kedokteran?” aku sedikit kaget karena Sang Hyun tiba-tiba menanyakan sahabatku.
“Ne, aku beberapa kali melihatmu
jalan dengannya. Kupikir kalian dekat,”
“Majayo, dia sahabatku dari high
school. Wae? Kau mengenalnya?”
“Aniya..geunyang,” jawaban yang
menggantung. Dan entah mengapa aku memiliki firasat yang tidak enak tiba-tiba.
“Wae gurae? Tidak mungkin tidak
apa-apa kalau kau tiba-tiba menanyakannya. Bagaimana kau mengenalnya?” aku
berusaha mendesaknya untuk bicara.
“Haha aniya jinjja,” Sang Hyun berusaha
mengelak.
“Dia cantik ya?” pancingku, walau
aku tahu kemungkinan besar jawaban Sang Hyun akan menyakitkan tapi aku tak bisa
menahan keingintahuanku. Kalau benar Sang Hyun menyukai sahabatku
sendiri..entahlah.
“Ne..” jawab Sang Hyun. Hanya dua
huruf, namun sukses membuat degup jantungku berdetak lebih kencang. Apakah ini
artinya ia tertarik pada Hye Rin?
“Kau menyukainya?” aku bertanya
lebih lanjut.
“Ne? Aniya..mengapa kau berpikir
seperti itu.haha” Sang Hyun masih berusaha mengelak.
“Maaf Sang Hyun-ah, aku baru
ingat kalau aku harus pulang sekarang. Eomma mengajak ku belanja sore ini,”
pamitku tiba-tiba. Aku langsung kehilangan moodku karena percakapan barusan.
Membayangkan namja yang aku suka menyukai sahabatku sendiri membuatku gusar.
Sang Hyun tampak terkejut melihat perubahan mood ku, namun aku tak peduli. Aku
hanya ingin segera pulang kini.
“Ne, berhati-hatilah Eun Sup-ah,”
ujarnya melepas kepergianku.
Pukul 21.00 kamar Kim
Eun Sup
Aku masih saja memikirkan percakapan sore tadi dengan Sang Hyun. Benarkah dia menyukai Hye Rin. Kalau benar begitu aku harus bagaimana? Kalau Sang Hyun meminta bantuanku agar bisa mendekati Hye Rin apa yang harus kukatakan? Aku bahkan tak tahu bagaimana harus menghadapi Hye Rin kini. Dia memang tidak bersalah disini, dia bahkan tidak tahu apa-apa. Tetapi ada perasaan minder dan sedih kini jika harus berhadapan dengan Hye Rin. Arrgghhh..kenapa harus jadi begini sih.
Hanya ada satu cara agar aku berhenti berpikir yang
tidak-tidak seperti ini, aku harus mendesak Sang Hyun untuk menceritakan
semuanya.
Pagi harinya
Meski tidak ada jadwal pagi, aku memutuskan untuk berangkat
pagi hari ini. Aku tahu kalau pagi seperti ini Sang Hyun biasanya sudah bermain
basket bersama teman-temannya di lapangan sebelah kampus kami. Maka bergegas
aku menuju lapangan tersebut setelah kuparkirkan motor.
Sang Hyun tampak sangat keren ketika bermain basket seperti
sekarang. Badannya yang tinggi dan tegap ditambah wajah tampan membuatnya
tampak menonjol disbanding pemain lainnya. Baiklah, mungkin penilaianku ini
tampak objektif karena aku menyukai Sang Hyun. Tapi memang seperti itulah
penilaianku saat melihat Sang Hyun.kekeke
Sang Hyun melambai kearahku saat ia melihat kedatanganku.
Aku membalasnya dengan senyuman, berharap tidak terlalu memperlihatkan ke-nervous-an ku. Kulangkahkan kaki ku
menuju bangku yang ada dipinggir lapangan, tempat Sang Hyun dan teman-temannya
menaruh tas dan barang-barang mereka.
Sang Hyun mendekatiku, teman-temannya masih asik bermain
basket. Aku jadi merasa tidak enak sendiri. Kedatanganku pasti mengganggu
permainannya.
“Ada apa Eun Sup-ah? Tumben
sekali kau kemari, mencariku?”
“Mianhae, aku mengganggumu ya? Tidak
terlalu penting kok, kau lanjutkan saja dulu permainanmu,”
“Aniya, geogjongma..waeniliya?”
Sang Hyun mengambil botol minumnya dan meneguk isinya sampai habis. Keringat
tampak mengalir deras di wajah dan badannya, ia mengambil handuk dari tasnya
untuk mengelap keringatnya.
“Jinjja gwencahana?” aku masih
merasa tidak enak hati.
“Gwencahan Eun Sup-ah..marebwa,
ada apa?” Sang Hyun tersenyum menenangkanku.
“Aniya..geunyang..” aku bingung
bagaimana mengutarakannya.
“Wae? Kau masih penasaran dengan
percakapan kita kemarin sore?” tembak Sang Hyun tiba-tiba. Oh God! Bagaimana
dia bisa tahu. Apa wajahku sebegitu transparannya?
“emm..kau keberatan jika aku
bertanya mengenai hal itu? Maksudku, aku tidak bermaksud apa-apa. Aku tidak
bermaksud memaksamu untuk menceritakannya atau bermaksud ikut campur dalam
kisah asmaramu. Hanya saja kalau memang kau menyukai Hye Rin bukankah lebih
baik kalau aku tahu? Maksudku, aku sahabatnya. Jadi mungkin aku bisa
membantumu,” tanpa sadar aku berbicara panjang dan tak jelas. Aku benar-benar
gugup saat ini, jadi aku tidak benar-benar memikirkan apa yang aku katakana tadi.
Semuanya keluar secara spontan.
Dan sejujurnya aku menyesal
mengatakannya tadi, pasti Sang Hyun berpikir aku aneh. Diam-diam aku meliriknya
untuk melihat reaksi apa yang ada diwajahnya kini. Ia tersenyum penuh arti,
entah apa maksudnya. Tapi senyum itu sangat.sangat.sangat menawan. Aku berharap
waktu dapat berhenti sekarang juga. Ah, Eun Sup pabbo! Apa yang kau pikirkan!
Tiba-tiba saja teman-teman Sang
Hyun dengan berisik mendekati kami. Aku baru menyadarinya, mereka telah
menyelesaikan permainannya. Kebetulan beberapa dari mereka ada yang kukenal,
maka kami pun berbasa-basi sebentar sebelum akhirnya mereka berpamitan untuk
meninggalkan lapangan terlebih dahulu.
Suasana menjadi sepi setelah
teman-teman Sang Hyun meninggalkan lapangan. Kini hanya ada aku dan Sang Hyun
disamping lapangan. Aku masih tidak tahu harus berkata apa untuk memecahkan ke-awkward-an yang trcipta diantara kami,
karenanya aku memutuskan untuk tetap terdiam.
“Kau mau mendengar pengakuanku?”
tiba-tiba Sang Hyun berkata. Aku menoleh ke arahnya. Sang Hyun menatapku, tepat
kedalam kedua mataku. Dan kegugupanku meningkat 10 kali lipat akibat
tatapannya.
“Ya, aku menyukainya Eun Sup-ah”
TBC
0 komentar:
Posting Komentar