Senin, 03 Desember 2012

My Wedding (?)

Aku baru keluar dari kamar mandi, dan eomma telah menunggu di kamar ujung. Kamar ini tampak berbeda dari biasanya. Biasanya kamar ini penuh dengan barang-barang dagangan eomma, namun kali ini terdapat sebuah kaca besar dan tirai putih besar. Disamping eomma tampak sebuah gaun pernikahan berwarna putih yang dipakaikan pada manekin. Aku mendesah. Seperti orang linglung aku menatap gaun itu tak percaya, aku akan mengenakannya hari ini, di hari pernikahanku. Aku sungguh tak ingat bagaimana aku bisa sampai pada hari ini. Aku akan menikah? Bahkan siapa calon pengantinku pun aku tak tahu. Orang tua ku bukan tipe yang suka memaksakan kehendak mereka, jadi pernikahan ini pasti atas dasar keinginanku. Tapi aku sungguh tak ingat kapan tepatnya aku memutuskan untuk menikah.
Sembari dirias, aku membuka akun facebook. Ku ketik sebuah nama yang nantinya akan menjadi pendamping hidupku setelah hari ini. Setelah kucek profilnya, aku kaget karena ternyata dia satu kampus denganku. Bahkan kami satu angkatan, tapi siapa, aku benar-benar tak ada aide mengenai hal ini. Argh, aku gelisah.
Kini aku sedang berada di pelataran parkir sebuah gedung, Nampak seperti gedung SMA ku dulu. Mobil-mobil dan motor-motor tampak memenuhi tempat ini, namun dengan susunan yang sungguh sangat berantakan. Dengan sebuah gaun putih panjang aku berjalan kerepotan menyusuri tepi parkiran. Tiba-tiba Nampak seseorang yang sngat aku kenal sedang duduk sendiri di atas motornya. Ia Nampak sibuk menghubungi seseorang.
Sosok ini, aku masih merasakan sedikit getaran hanya dengan memandangnya dari belakang seperti ini. Tiba-tiba dia menoleh. Wajahhnya terkejut melihatku, dan aku yakin ekspresiku tak jauh berbeda dengannya saat ini.
“Kok ga masuk?” tanyaku. Dia menatapku sejenak lalu kembali fokus pada handphonenya karena tiba-tiba terdengar ringtone pertanda sms masuk berbunyi. Mengacuhkanku, ia terlihat sibuk membaca sms tersebut dengan wajah serius.
“Ga masuk?” sekali lagi aku mencoba bertanya. Ia hanya mengangkat tangan, memberi kode agar aku jangan mengganggunya karena ia sedang sibuk. Dan rasa itu hadir kembali, rasanya sama ketika aku mendengar percakapannya dengan seorang teman di perpustakaan tempo hari. Ketika ia berkata bahwa aku hanya teman, tidak ada perasaan lebih yang ia rasakan padaku. Sesak.
Tiba-tiba ia mengangkat kepalanya dan menatapku. “Lagi nunggu gandengan wat diajak masuk. Kamu sendiri? Pengantinnya kok malah disini?”
Selama beberapa detik aku terdiam, mencoba mencerna kata-katanya barusan terutama bagian ‘gandengan’. Tersenyum, aku mengerti maksudnya. Ia telah memiliki kekasih kini. “Kalo gitu aku masuk dulu” pamitku. Dan tiba-tiba aku merasa tenggorokanku sangat sakit, kemudian aku terbangun. Astaga ini semua hanya mimpi? Syukurlah…tapi kenapa aku tiba-tiba bermimpi seperti ini? Ah, dasar Sora pabo, kenapa bisa bermimpi tentang namja itu. Kau sudah berjanji untuk melupakannya…

0 komentar:

Posting Komentar