Refleks ku tahan nafasku saat kudengar namaku ia sebut.
Tangan-tanganku berhenti dan mengambang diatas keyboard laptop, mataku
menatap hasil ketikan analisis yang belum selesai ku kerjakan, namun
telinga dan pikiranku fokus pada percakapan dua orang yang duduk di
belakangku.
"Sora? kenapa dengannya?"
"Kau tak ada rasa dengannya? Kalau dia meninggalkanmu bagaimana?"
"Ya! Bicara apa kau? Aku bahkan tak pernah memiliki hubungan apapun
dengannya. Hanya sebatas saling membantu masalah tugas karena kita
mengambil kelas yang sama"
"Jinja? Tak masalah jika tiba-tiba dia pergi?"
"dangyeonhi..tak ada dia masih banyak yang lain yang bisa membantuku"
"araso..ya, aku lapar. ayo cari makan"
"aku ingin kimbab ahjuma seberang perpustakaan, kita kesana?"
"araso..kajja!"
Suara
kursi berdecit terdengar, menandakan dua orang tersebut telah pergi.
Aku masih terdiam, rasa sakit menyesaki dadaku. Setelah mencoba menarik
nafas, kurasakan sesak itu berkurang dari dadaku. Aku tersenyum,
dangyeonhi..aku hanya teman baginya. Seharusnya aku tahu itu. Rasanya
lega juga, rasa penasaran yang selama ini memenuhi kepalaku kini
terjawab. Aku tak perlu mempermalukan diri ku sendiri untuk bertanya
langsung padanya. Syukurlah..
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
iki apa to maw?
haha just story fi :p
Posting Komentar